Wednesday, January 05, 2005

Hallyu: Trend Merebaknya Budaya Pop Korea

HALLYU: TREND MEREBAKNYA BUDAYA POP KOREA: STUDI KASUS TENTANG SINETRON DAN FILM KOREA DI INDONESIA
BAB 1
Pendahuluan

1.1. Latar Belakang
Piala Dunia Korea-Jepang 2002 yang berakhir dengan masuknya Korea sebagai kekuatan empat besar dunia dalam hal persepakbolaan semakin mempersohor Korea di mata dunia. Contohnya adalah beberapa waktu menjelang, selama, dan setelah hiruk pikuk Piala Dunia, beberapa stasiun televisi swasta di tanah air gencar bersaing menayangkan film-film maupun sinetron-sinetron Korea. Bahkan terdapat beberapa sinetron Korea yang ‘sukses’ di layar kaca, sebut saja Winter Sonata dan Endless Love. Dua sinetron buatan negeri ginseng ini telah berhasil menarik perhatian sebagian masyarakat Indonesia, bahkan beberapa bintang sinetron tersebut telah menjadi idola sebagian masyarakat di tanah air.
Situasi di atas adalah sebagian kecil dari apa yang disebut Hallyu—istilah buatan yang bermakna pengaruh budaya modern Korea—yang mulai merebak di banyak negara Asia, termasuk Indonesia. Mungkin banyak dari beberapa lapisan masyarakat yang tidak atau belum menyadari bahwa Indonesia pun tidak luput dari pengaruh budaya Korea ini.
Satu gambaran mudah untuk mengetahui apa yang disebut dengan Hallyu ini adalah bisa disamakannya istilah ini dengan begitu besarnya pengaruh “Bollywood” di beberapa negara Asia Tenggara, seperti Malaysia dan Indonesia. Mungkin terkesan terlalu dini untuk menyebut bahwa Indonesia sudah ‘terhanyut’ dalam Hallyu. Namun, bila dilihat lebih dalam, Indonesia pun ternyata juga tidak jauh berbeda dengan negara-negara Asia lain seperti Cina, Singapura, Taiwan, Malaysia, Thailand, Vietnam dan bahkan Jepang dalam hal besarnya pengaruh Hallyu terhadap negera-negara itu.
Tidak banyak yang menyangka bahwa Korea akan berhasil ‘mengekspor’ produk budaya popnya sebegitu besar dan gencar seperti halnya yang terjadi dengan budaya pop Jepang yang telah terlebih dahulu menyerbu Asia pada era 90-an.

1.2. Tujuan Penelitian
Berdasarkan situasi di atas, penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai fenomena Hallyu yang telah lebih dulu mempengaruhi negara-negara Asia dan yang kemudian merembet ke Indonesia. Selanjutnya, penelitian ini mengkaji lebih dalam tentang dampak-dampak yang ditimbulkan oleh fenomena Hallyu secara lebih spesifik di Indonesia dengan berfokus pada sinetron dan film Korea yang diputar di televisi, yang diedarkan dan yang dijual di Indonesia.
Berdasarkan tujuan di atas, isi hasil penelitian ini menggambarkan situasi budaya pop Korea di negerinya sendiri sebelum seperti sekarang ini. Kemudian dilanjutkan dengan situasi Hallyu di Asia sebagai gambaran yang melatarbelakangi keberhasilan Korea dalam mengekspor produk budayanya seperti saat ini, diikuti dengan penjelasan tentang situasi Hallyu di Indonesia dilihat dari dampak-dampak yang muncul dari dua sinetron Korea yang terkenal yaitu Winter Sonata dan Endless Love sebagai inti penelitian.

1.3. Landasan Teori
Untuk melihat lebih dalam suatu fenomena baru seperti Hallyu ini, salah satu cara awal yang bisa dilakukan adalah dengan mengamati langsung dan kemudian membuktikan ada tidaknya produk-produk budaya Korea yang dimaksud. Setelah mengamati langsung, hal selanjutnya yang perlu diketahui adalah seberapa besar produk-produk tersebut diserap oleh masyarakat; apakah sebagian kecil masyarakat saja yang menikmati ataukah sebagian besar masyarakat. Untuk memahami fenomena ini semua, salah satu hal yang bisa dilakukan adalah dengan mengkaji lebih lanjut produk-produk budaya itu sendiri dan mencari fakta yang mendukung eksistensi sekaligus terserapnya produk budaya tersebut.
Bernard, H. Russell dalam bukunya Hand-book of Method in Cultural Anthropology (1998) mengatakan bahwa text analysis sebagai salah satu metode penelitian ilmu sosial telah banyak digunakan oleh para peneliti untuk mencari dan memahami pola-pola yang ada dalam teks tertulis. Dalam perkembangannya, metode text analysis ini tidak hanya menggunakan teks tertulis seperti pidato, lirik lagu, transkrip wawancara, dan berita koran saja sebagai objek penelitiannya, namun juga bisa menggunakan foto, film, kaset video, film-film komersial, dan acara-acara televisi sebagai bahan penelitiannya. Untuk itulah, penelitian ini mengacu pada teori ini dengan cara melihat perkembangan sinetron dan film-film Korea sebagai produk budaya yang dikaji.
Memang benar bahwa kehadiran suatu produk budaya pop atau pop culture semata tidak bisa dijadikan suatu patokan bahwa semua orang menerima dan menyukai produk tersebut. Namun, penelitian ini mencoba mencari hubungan antara eksistensi jenis produk budaya Korea tersebut dengan adanya interest yang mulai meluas di sebagian kalangan masyarakat Indonesia terhadap produk-produk tersebut. Dengan kata lain, produk-produk Korea tersebut lambat laun mulai menjadi bagian dari masyarakat itu sendiri. Dengan menggunakan teori ini pula, maka berita-berita, artikel-artikel maupun informasi apa pun yang berkaitan dengan fenomena merebaknya budaya Korea di Indonesia bisa digunakan sebagai data pendukung adanya fenomena Hallyu .

1.4. Metode Penelitian
Untuk lebih berfokus pada Hallyu yang tengah terjadi di Indonesia, penelitian ini menitikberatkan pada penjabaran tentang bagaimana fenomena Hallyu dilihat dari maraknya pemutaran film terutama drama atau sinetron Korea di televisi-televisi Indonesia. Selama penelitian berlangsung, peneliti telah menyederhanakan materi penelitian. Dalam rencana awal, penelitian ini menggunakan sinetron dan film Korea sebagai materi penelitian utama untuk melihat fenomena Hallyu di Indonesia, Namun luasnya cakupan materi akhirnya mengharuskan peneliti untuk melihat lebih dekat Hallyu yang terjadi di Indonesia dengan berfokus hanya pada dampak-dampak yang muncul dari dua sinetron Korea yang terkenal di Indonesia, yaitu Endless Love dan Winter Sonata saja. Sedangkan fenomena Hallyu melalui film Korea hanya dipaparkan sebagai pendukung gambaran luasnya dampak Hallyu di Indonesia. Materi penelitian berupa sinetron-sinetron produksi Korea tersebut adalah sinetron yang ditayangkan televisi Indonesia dan film-film Korea yang dijual bebas di Indonesia dalam bentuk vcd maupun dvd.
Data ini diperoleh dengan riset data melalui media massa (Koran, majalah, artikel) baik yang tercetak maupun yang ada di internet. Sedangkan, film-film Korea yang digunakan sebagai data pendukung diperoleh dengan riset data melalui media massa dan internet. Selain itu juga dilakukan penelitian lapangan ke berbagai toko kaset dan vcd, rental-rental film di Yogyakarta untuk mengetahui eksistensinya.
Cakupan tempat penelitian di wilayah Yogyakarta tetap bisa dikatakan mewakili Indonesia dengan asumsi bahwa toko-toko kaset dan rental vcd yang akan didatangi sebagai sumber data adalah toko-toko yang mempunyai jaringan kuat di Indonesia seperti Bulletin, Disc Tarra, dan M-Store. Data-data yang diperoleh akan dikaji sebagai bahan bukti adanya fenomena Hallyu di tengah-tengah masyarakat Indonesia.
Mengingat fokus penelitian ini adalah dua sinetron Winter Sonata dan Endless Love, maka data yang digunakan dititikberatkan pada pada semua artikel baik tercetak maupun online yang berhubungan dengan keduanya. Data tersebut kemudian diteliti untuk dipilah-pilah berdasarkan kategorinya apakah sekedar berita atau menggambarkan juga dampak yang ditimbulkannya.
Peneliti tidak melakukan penelitian langsung terhadap dengan cara mengambil sampel masyarakat di Yogya, namun penelitian ini mengambil data dari hasil polling tentang drama Korea yang telah dilakukan oleh media seperti Indosiar. Selain itu, data yang digunakan dalam penelitian ini banyak berdasar dari artikel-artikel surat kabar online. Fasilitas ini memungkinkan peneliti untuk melihat berita-berita terdahulu (2002- sekarang) yang memuat apa pun yang berkaitan dengan topik penelitian dengan mudah.
Penelitian ini juga menampilkan hasil-hasil forum diskusi yang terdapat di internet (bukan hasil dari survei penelitian). Penggunaan hasil survei dan forum diskusi yang terdapat dalam internet semata-mata ditujukan untuk memudahkan penelitian seperti yang sudah direncanakan dalam metode penelitian. Untuk itu perlu digarisbawahi bahwa hasil survei dan forum-forum diskusi ini hanya mewakili mereka yang memiliki akses ke dalam internet yaitu sebagian masyarakat Indonesia yang mampu (better-off). Namun demikian, jumlah responden yang mencapai ribuan bisa dijadikan patokan yang paling tidak menggambarkan situasi apa adanya di Indonesia, dalam hal ini mengenai pendapat-pendapat masyarakat pengguna internet tentang produk budaya pop Korea: sinetron Korea.
Untuk memberikan gambaran seperti apa Hallyu ini pada awalnya, pada laporan penelitian ini akan dipaparkan dahulu situasi budaya pop Korea di negerinya sendiri sebelum seperti sekarang ini. Kemudian dilanjutkan dengan situasi Hallyu di Asia sebagai gambaran yang melatarbelakangi keberhasilan Korea dalam mengekspor produk budayanya seperti saat ini, diikuti dengan penjelasan tentang situasi Hallyu di Indonesia sebagai inti dari hasil penelitian ini.
















BAB 2
Hallyu di Negara-Negara Asia

2.1. Situasi Budaya Pop Korea di Negerinya Sendiri
Selama hampir 50 tahun sejak Korea lepas dari pendudukan Jepang, pemerintah Korea menerapkan larangan masuknya budaya Jepang. Impor musik dan film Jepang atau apa pun yang berbau budaya Jepang telah lama mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan masih adanya rasa sentimen atas 35 tahun penjajahan Jepang di Korea di awal abad ke-20. Namun, pada tahun 1998 pemerintah Korea Selatan mencabut larangan itu dan mulailah dengan apa yang disebut dengan maraknya pengaruh Jepang di Korea. Perlu juga diketahui bahwa walaupun selama masa itu larangan masuknya budaya Jepang ke Korea diberlakukan, tidak sedikit masyarakat Korea yang tetap bisa menerima dan menikmati berbagai produk budaya Jepang.
Melihat kenyataan ini, Korea bisa dianggap ‘tertinggal’ dalam hal terkena pengaruh Jepang pada tahun 90-an, karena negara-negara Asia lain termasuk Indonesia telah lama terkena budaya pop atau modern Jepang, baik lewat film, musik, maupun kartun.
Sejak dicabutnya larangan itulah, situasi budaya pop Korea dalam hal ini musik, film, fashion, dan lain sebagainya mulai lagi terpengaruh oleh Jepang. Kaum muda Korea menggandrungi apa pun yang berbau Jepang. Penjualan lagu-lagu Jepang bahkan mengalahkan penjualan kaset dari penyanyi dalam negerinya. Film-film Jepang juga mulai mendapat hati di kalangan masyarakat Korea. Game-game dari Jepang pun juga mulai mendapatkan tempat di hati para remaja Korea. Hal yang menarik adalah apa yang mulai disukai oleh para remaja Korea itu adalah sesuatu yang masih banyak dibenci oleh kaum tua yang masih teringat pahitnya larangan menggunakan bahasa Korea dan hal-hal yang berbau Korea saat pendudukan Jepang dulu.
Namun, terlepas dari itu semua, mulai masuknya budaya Jepang dengan kebebasannya sedikit banyak juga telah mewarnai perubahan budaya pop Korea dalam hal ini musik dan film.

2.2. Dulu Jepang Sekarang Korea
Hanya dalam waktu sekitar 2 tahun, keadaan telah berubah drastis. Bila pada awal milenium budaya Jepang masih kental terasa di Korea, sekarang keadaan justru terbalik. Korea telah berhasil menciptakan suatu budaya sendiri yang sanggup menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan bahkan telah berhasil membuat negara-negara tetangganya terpengaruh oleh budaya pop Korea ini, tak terkecuali Jepang.
Banyak pendapat pro dan kontra tentang apa yang sebenarnya menjadikan budaya pop Korea menjadi seperti ini. Apabila melihat sejarah, Jepang mulai mengekspor ‘imperialisme budaya’-nya seiring dengan kuatnya daya saing produk-produk industrinya yang merambah Asia pada saat itu. Sepertinya tidak ada negara mana pun yang ‘aman’ dari pengaruh budaya pop Jepang saat itu.
Situasi yang hampir mirip kini telah terjadi dengan Korea. Seiring dengan stagnannya ekonomi Jepang, Korea semenjak keluar dari krisis moneter di akhir 90-an lalu telah bisa dikatakan berhasil kembali ke jalur ekonomi yang ‘mulus’. Didukung dengan mulai gencarnya produk-produk Korea di dunia termasuk Asia, Korea secara disadari atau tidak juga telah mulai ‘mengekspor’ budaya modernnya ke kehidupan masyarakat Asia yang terlebih dahulu telah mengenal produk-produk industri Korea.
Beberapa tahun terakhir ini masyarakat Indonesia telah mengenal merek-merek Korea seperti Samsung dan LG untuk produk elektronik; berbagai macam merek mobil Korea sampai magic-jar bermerek Yongma yang bahkan tidak semua orang Korea menyadari bahwa itu adalah merek Korea.
Di berbagai tempat penyewaan VCD dan DVD yang marak di berbagai pelosok negeri ini terlihat bahwa film-film Hollywood yang hampir menguasai rak-rak film di tempat-tempat seperti itu. Namun, sejak tahun 2002 yang lalu, selain bisa kita lihat film-film Mandarin dan India, ternyata film-film Korea juga telah mulai termasuk dalam jajaran film-film yang disewakan—terlepas asli atau bajakan.
Hal di atas menandakan bahwa film-film Korea pun telah masuk ke dalam lingkaran film-film yang mulai diminati. Berhubungan dengan Hallyu, fenomena ini dimulai dari negeri Cina daratan yang sejak tahun 2000 lalu mulai ‘tergila-gila’ dengan apa pun yang berbau Korea. Dipicu dengan diputarnya sinetron dan lagu-lagu grup musik Korea di Cina, mulailah suatu perubahan yang dimotori oleh para remaja yang mulai meniru apa yang mereka lihat, dari pakaian sampai gaya rambut para penyanyi dan model Korea (Kim Youn Jun, 2002)
Fenomena-fenomena ini ternyata tidak hanya terjadi di Cina saja namun juga mulai merambah Taiwan, Thailand, Singapura, dan Vietnam. Khusus negara yang disebut terakhir ini, pengaruh Hallyu sangatlah kuat hingga beberapa kali diadakan jumpa fans dengan artis sinetron Korea tersebut dalam rangka untuk menjembatani kerjasama antar dua negara tersebut.
Jepang sebagai negara yang beberapa waktu memberi pengaruh pada Korea kini juga tidak luput dari pengaruh Hallyu. Di Jepang ada sebuah kecenderungan yang sangat menarik, yaitu mulai banyaknya remaja yang menggandrungi lagu-lagu dan film-film Korea. Khusus untuk film, Jepang pun juga tak luput dari pasaran film-film box office Korea. Di Indonesia, selain bisa dilihat dari maraknya pemutaran film dan sinetron Korea di televisi, Hallyu bisa juga ditemui di toko-toko kaset. Dalam hal ini film-film Korea sudah mendapat lisensi penjualan melalui distributor resminya. Ini menandakan bahwa film Korea pun sudah mulai sejajar dengan film-film original dari Hollywood yang dipasarkan di Indonesia.
Hal tersebut merupakan suatu capaian sukses yang diraih oleh industri perfilman Korea. Dilihat dari sisi lain, film Korea memiliki pangsa pasar juga di Indonesia. Dengan kata lain, disadari atau tidak, sebagian masyarakat Indonesia sudah terpengaruh dengan Hallyu.
Akhir-akhir ini pun, di tengah-tengah banjirnya film kartun buatan Jepang yang menguasai televisi, sudah bisa kita lihat beberapa film kartun buatan Korea. Hal ini juga menandakan bahwa alur distribusi produk budaya Korea pun sudah mulai dilirik oleh TV Indonesia.
Kembali ke negara-negara Asia, khususnya di negara-negara Asia Timur seperti Cina dan Taiwan yang paling besar terkena pengaruh Hallyu, sekarang muncul istilah "kim-chic" atau “kim-keren”. Hal ini kemungkinan besar karena marga paling banyak di Korea adalah Kim, sehingga sesuatu yang berasal dari Korea bisa diwakili oleh ‘kim’ (Koreana No. 161. Seoul. hal. 46 –5). Segala sesuatu yang berbau Korea dari makanan, musik, model sepatu, rambut, sampai bentuk alis mulai menjadi semacam trend di negara-negara yang dulunya banyak didominasi oleh trend Jepang (Tokyo).
Bisa dikatakan bahwa budaya pop Korea memang mempunyai keunikan karena berhasil merebut pangsa pasar di Asia. Dilihat dari beberapa sinetron yang ditayangkan di beberapa negara Asia, sinetron tersebut berhasil merebut hati pemirsa televisi. Hal ini karena Korea berhasil meramu nilai Timur dan Barat dalam penyajian ceritanya. Hal inilah yang memungkinkan produk budaya pop Korea dengan cepat bisa diterima masyarakat Asia.

2.3. Korea Memandang Hallyu
Kim Dae Jung pada saat menjabat presiden Korea Selatan tahun 1998 yang lalu mengatakan bahwa salah satu tujuan pemerintahannya adalah meningkatkan ekspor budaya Korea. Korea harus bisa menjadi suatu negara yang tidak hanya bisa mengekspor hasil industri manufakturnya, namun juga harus bisa memberikan sesuatu yang lain kepada dunia, yaitu melalui produk budaya.
Salah satu hal yang bisa dijadikan perbandingan adalah besarnya ekspor produk budaya Amerika ke segala penjuru dunia hanya dari sektor perfilman saja. Hal ini bisa dijadikan satu gambaran bahwa ekspor budaya juga bisa memberikan nilai yang besar bagi pendapatan suatu negara.
Pada awal milenium ini telah terbukti bahwa Korea akhirnya bisa juga mengekspor produk budayanya. Untuk menjawab mengapa fenomena ini bisa terjadi sangatlah tidak mudah. Bisa jadi tidak ada jawaban yang sempurna. Namun ada beberapa faktor yang bisa dijadikan cermin untuk melihat perkembangan hal ini.
Pertama, produk budaya Korea telah berhasil mengemas nilai-nilai Asia yang dipasarkan dengan gaya modern. Di sini ada istilah yang dipakai oleh Kim Song Hwan, seorang pengelola sindikat siaran televisi Korea Selatan, yaitu Asian Values-Hollywood Style. Istilah ini mengacu pada cerita-cerita yang dikemas bernuansakan kehidupan orang Asia, namun pemasarannya memakai cara pemasaran internasional yang mengedepankan penjualan nama seorang bintang atau menjual style. Bagi kebanyakan orang Indonesia yang hanya sempat menikmati sinetron atau drama Korea di televisi, kemungkinan istilah ini sulit dipahami karena sinetron Korea tidak banyak berbeda dengan sinetron-sinetron di Indonesia. Namun hal ini akan jelas sekali terlihat pada produk film layar lebar Korea yang mulai merambah pangsa pasar beberapa negara asing,bahkan sampai Amerika Serikat sendiri. Produk-produk perfilman Korea sering mengangkat tema sentral kehidupan nilai orang Asia, walaupun ceritanya bisa saja terjadi di setiap sudut dunia mana pun.
Kedua, keberhasilan Korea dalam menjual produk budayanya tak lepas dari etos kerja orang Korea itu sendiri. Banyak penyanyi ataupun bintang idola Korea yang rela untuk melakukan jumpa fan di beberapa negara Asia walaupun honor mereka tidak seberapa dibandingkan dengan apabila mereka melakukan tur di negara sendiri. Hal inilah yang menjadikan mereka semakin dekat dengan penggemarnya, terutama di negara-negara Asia Timur. (Koreana No. 161, 2002)
Pemerintah Korea pun saat ini terus berusaha untuk mempertahankan citra yang diperolehnya dari fenomena Hallyu ini. Salah satunya adalah dengan dicanangkannya tahun wisata Korea yang mengedepankan program-program yang menjual negara Korea terutama paket-paketwisata yang secara emosional bisa menarik para wisatawan untuk berkunjung ke negera Korea.
Beberapa di antaranya adalah merebaknya paket-paket wisata Winter Sonata dan Endless Love. Paket ini sengaja dirancang untuk dipasarkan kepada para wisatawan di Cina,Taiwan, Singapura dan Malaysia tempat sinetron-sinetron Korea pernah ditayangkan. Dengan paket ini pula, para wisatawan bisa melihat lokasi pembuatan sebuah film atau mengunjungi rumah idolanya. Dengan terjadinya satu kerjasama yang baik antarpihak di Korea, maka Hallyu pun berdampak positif bagi perkembangan dunia wisata Korea.
Menurut Asia Times edisi 22 Januari 2004, pihak Kementerian Luar Negeri Korea Selatan pada awal tahun 2004 ini berencana untuk mempromosikan Korea melalui sinetron-sinetron Korea kepada negara-negara lain di luar kawasan Asia dengan gratis. Pihak kementerian menyuplai sinetron ke stasiun-stasiun televisi di Rusia, kawasan Timur Tengah dan bahkan Amerika Selatan setelah menyeleksi sinetron yang sesuai dengan kawasan tersebut. Tujuan tunggal adalah untuk menyebarkan Hallyu ke kawasan selain Asia.
Dari kenyataan di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa pemerintah Korea jeli menangkap peluang yang ada. Untung saja pemerintah Korea telah bertindak seperti itu. Patut diketahui bahwa Korea adalah negara dengan satu suku bangsa. Satu hal membanggakan yang terjadi di negeri ini bisa dengan mudah menyatukan hati seluruh negara ini. Begitu pula dengan fenomena Hallyu ini. Hampir seluruh media massa memberitakan keberhasilan dan meluasnya fenomena Hallyu ini. Tiada hari tanpa pemberitaan yang menyinggung hal ini.
Untunglah pemerintah Korea bisa dikatakan telah berhati-hati menyikapi fenomena ini sehingga fenomena ini telah berhasil dikemas menjadi sesuatu yang mendorong kemajuan ekonomi Korea.
Seiring dengan mulai terkenalnya produk-produk budaya Korea dinegara-negara Asia, satu hal yang saat ini banyak menjadi pembicaraan adalah perfilman Korea yang telah menjadi tuan rumah di negerinya sendiri. Bahkan, Korea bisa dikatakan sebagai satu-satunya negara di Asia (kecuali India) yang pangsa pasar film domestiknya sekitar 40% (Cine21. No: 315, Agustus 2001).
Bila hampir semua negara di dunia ini industri perfilmannya didominasi oleh film-film Hollywood, tidak demikian halnya dengan Korea. Banyak yang menganggap bahwa perfilman Korea mengalami renaissance sejalan dengan semakin meluasnya pengaruh budaya pop Korea di negara-negara lain. Pada titik inilah perfilman telah menyumbang suatu budaya material ‘material culture’ kepada masyarakat (Jowett, Garth and Linton, M. James: 110). Dalam masyarakat Korea sendiri, perfilman dalam negeri telah menjadi bagian dari kehidupan karena begitu banyaknya pengaruh yang ditimbulkan di kalangan peminat film. Bahkan, menonton film nasional telah menjadi semacam kegiatan sosial yang mulai menguat kembali.

















BAB 3
Hallyu di Indonesia

Merebaknya Hallyu di negara-negara Asia Timur dan beberapa negara Asia Tenggara termasuk Indonesia telah menunjukkan adanya aliran budaya dari Korea ke negara-negara tetangganya. Terlepas dari dampak panjang yang akan terus berlanjut, Hallyu memang suatu fenomena tersendiri dalam dunia industri hiburan modern Korea. Dalam situasi dunia di mana pertukaran informasi terjadi hampir tanpa halangan apa pun, Korea telah menjejakkan pengaruhnya di kawasan Asia.
Melihat meluasnya Hallyu ini, sekali lagi tidak bisa dilepaskan dari peran media massa yang baik secara sadar maupun tidak telah membantu terjadinya aliran budaya ini. Bahkan bisa dikatakan bahwa dengan media massa-lah Hallyu memasuki semua sudut negara-negara Asia termasuk Indonesia.
Perubahan yang dialami oleh industri budaya pop Korea, baik produk budaya televisi, film, maupun industri rekaman merupakan suatu fenomena yang menarik untuk dikaji. Sebagai sebuah negara yang banyak diperhitungkan kiprahnya di kawasan Asia, Korea tidak bisa begitu saja dilihat sebelah mata. Banyak hal yang bisa dipelajari dari fenomena itu, terutama bagaimana semua pihak di dalam negeri bersatu padu membuat fenomena tiba-tiba itu menjadi suatu komoditas yang berharga bagi bangsa.

3.1. Situasi Sinetron dan Film Korea di Televisi Indonesia
Sinetron dan film Korea yang ditayangkan televisi Indonesia mulai dapat dilihat perkembangannya sejak berlangsungnya Piala Dunia pada Juli 2002 yang lalu. Dengan adanya momentum tersebut beberapa stasiun televisi Indonesia mulai memperkenalkan sinetron dan film dari negara Korea.
Setelah sukses dengan film seri drama Mandarin, Meteor Garden, stasiun televisi Indosiar menayangkan drama produksi Korea yaitu Endless Love (2002). Sinetron produksi stasitun televisi KBS (Korean Broadcasting Station atau televisi pemerintah Korea) yang di negara asalnya meraih sukses yang besar telah dibeli hak siarnya untuk diperkenalkan kepada masyarakat Indonesia saat itu.
Dimulai dengan sinetron inilah ternyata sinetron Endless Love berhasil merebut hati masyarakat Indonesia. Bila Meteor Garden awalnya ditujukan bagi pemirsa dewasa namun ternyata disukai para remaja juga, Endless Love sebaliknya. Sinetron yang diputar tahun 2002 yang lalu itu tidak hanya digemari remaja, tetapi juga ibu-ibu. Berdasarkan survei AC Nielsen Indonesia, Endless Love rating-nya mencapai 10 (ditonton sekitar 2,8 juta pemirsa di lima kota besar), mendekati Meteor Garden dengan rating 11 (sekitar 3,08 juta pemirsa) (Kompas, 14 Juli 2003).
Endless Love terbukti saat itu menjadi pilihan lain bagi penggemar sinetron Asia di tanah air. Sinetron dengan 18 episode ini telah menjadi semacam batu loncatan sinetron-sinetron Korea lainnya untuk bisa diterima di masyarakat Indonesia. Hal ini mengingatkan bagaimana pada tahun era 90-an akhir, televisi Indonesia dipenuhi dengan melambungnya pamor sinetron Jepang. Dengan sedikit perbedaan, hadirnya sinetron Korea di Indonesia merupakan sesuatu yang baru bagi masyarakat Indonesia, baik dari segi cerita maupun wajah-wajah para pemainnya yang ‘tidak begitu Mandarin dan tidak begitu Jepang’. Didukung oleh merebaknya teknologi dubbing dan bilingual programming, sinetron Korea yang ditayangkan dapat diterima oleh pemirsa televisi.
Bahkan stasiun televisi lain pun juga mulai menayangkan sinetron Korea. Trans TV pada tahun 2002 yang lalu menayangkan sinetron Glass Shoes dan Lover. TV7 pada tahun 2003 menayangkan Beautiful Days. Setiap hari Sabtu pukul 16.30. Walaupun rating ketiga sinetron tersebut tidak sehebat sinetron Korea lainnya, hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2002-2003 mulai marak penayangan sinetron Korea.
Selain Indosiar, Trans TV, dan TV7, SCTV pun selama kurun waktu 2002 -2003 juga menayangkan beberapa sinetron Korea berjudul Invitation, Pop Corn, Four Sisters, Successful Bride Girl, Sunlight Upon Me dan Winter Sonata. Namun, di antara sinetron-sinetron tersebut, yang paling popular dan mendapatkan hati di masyarakat Indonesia adalah sinetron Winter Sonata.
Khusus sinetron yang disebut terakhir ini, SCTV telah menayangkannya pada tahun 2002 setiap Senin pukul 19.00. Sedangkan, sejak September 2004 ini, Indosiar juga menayangkan ulang sinetron ini setiap Senin – Kamis sore pukul 15.30. Melihat fenomena seperti ini, satu hal yang bisa dilihat adalah besarnya keinginan sebagian masyarakat Indonesia untuk menonton sinetron ini walaupun telah ditayangkan sebelumnya.
Dunia film Korea pun juga tidak luput dari incaran para stasiun televisi tanah air pada tahun 2002 yang lalu. Trans TV mulai pada tahun 2002 menayangkan film-film Asia terutama Korea pada Selasa malam. Beberapa contoh film produksi Korea yang telah tayang di Trans TV adalah Libera Me, Sorum, dan Joint Security Area. Yang patut diketahui adalah bahwa ketiga film tersebut bukan sekedar film biasa namun merupakan film-film box office di negerinya sendiri.
Hal yang menarik dari film-film tersebut adalah bahwa mereka diproduksi oleh perusahaan film kelas menengah dalam arti perusahaan film Korea tidaklah sebesar Sony (Jepang) atau Warner Bros (Hollywood) yang memang memiliki distribusi internasional yang luas (Tschun-kil, Lee: 208). Namun demikian, terlepas dari kenyataan tersebut, mereka berhasil menjual produksi mereka ke pasaran negara lain, khususnya Asia termasuk Indonesia melalui jalur video dan VCD.
Menurut Garin Nugroho dalam wawancaranya di harian Suara Merdeka tanggal 13 Juli 2002, film-film Korea muncul dari sebuah negara yang sudah memiliki tradisi televisi sangat kuat. Dengan emosi Asia, dikemas dalam melodrama yang efektif dan efisien, film Korea jadi amat laris. Belum lagi rumus-rumus melodrama yang amat kuat di setiap ceritanya, seperti pertentangan kaya miskin, baik hati-keras kepala, dan pemainnya ganteng-ganteng. Rumus-rumus melodrama semacam itu amat kental dalam film-film Korea. Belum lagi wajah kontinental yang memang sedang menjadi bagian dari budaya pop dunia, tidak terkecuali Indonesia.''
Satu hal lagi yang menarik untuk disimak tentang fenomena banyaknya film Korea yang diputar di televisi Indonesia, yaitu sulit dibedakannya film Korea dari film Hongkong atau Taiwan karena aktor atau artisnya mempunyai ciri-ciri fisik yang hampir sama. Kesulitan ini mengakibatkan tidak sadarnya masyarakat awam bahwa film yang mereka tonton sebenarnya adalah film Korea bukan film Hongkong yang memang lebih sering menghiasi layar kaca. Walaupun ada cara yang gampang untuk mengenalinya, yaitu dengan jenis huruf dan bahasanya (jika tidak di-dub), tetap saja bagi orang awam hal tersebut tetap saja membutuhkan kejelian bila tidak ada pengetahuan apa pun tentang perbedaan bahasa Cina dan Korea sebelumnya.



3.2. Pengaruh Sinetron dan Film Korea di Indonesia
3.2.1. Dalam Dunia Sinetron di Indonesia
Berbicara tentang pengaruh maraknya sinetron Korea di layar televisi Indonesia tidak hanya bisa dilihat dari besarnya jumlah penonton dan terkenalnya para pemain sinetron dari Korea, namun juga bisa dilihat mulai diadaptasinya gaya dan cara penceritaan sinetron Korea terhadap sinetron dalam negeri.
Sinetron dengan judul Cewekku Jutek dengan pemain utama Agnes Monica disebut-sebut mengadaptasi film komedi romantis Korea berjudul My Sassy Girl yang sukses besar di Korea dengan 5 juta penonton dalam satu bulan (Cinebus, No. 53, September 2001).
Disengaja atau tidak, sosok Zoe (Agnes) diceritakan sebagai remaja yang ceria yang funky, tidak jauh berbeda dengan sosok gadis tanpa nama dalam My Sassy Girl yang diperani aktris cantik Jeon Ji Hyun. Sosok Joe (Roger Danuarta) mirip dengan tokoh Gyun Woo yang diperani penyanyi pop berwajah culun Cha Tae Hyun. Ceritanya pun juga tidak jauh berbeda.
Walaupun saat ini masih ada perdebatan tentang benar tidaknya cerita sinetron Indonesia itu merekayasa kisah di film Korea tersebut, satu hal yang pasti film Sassy Girl memang film yang terkenal di seluruh Asia dengan pendapatan yang besar termasuk Indonesia (Cinebus, 2002).
3.2.2. Dalam Dunia Penjualan VCD di Indonesia
Indonesia telah sejak era 90-an mengenal VCD sebagai salah satu hiburan yang mudah didapat setelah dunia kaset video ditinggalkan. Film-film yang beredar dalam bentuk VCD biasanya didominasi oleh film-film Amerika. Diikuti dengan film-film Hong Kong, Jepang, dan India.
Kini mulai masuk pula film-film Korea ke Indonesia. Salah satu film Korea yang pertama kali masuk dalam versi VCD original adalah sinetron Endless Love yang diedarkan oleh perusahaan rekaman dan distributor kaset PT Duta Cahaya Utama (Buletin Disc Tarra online, www.disctarra.com).
Sinetron yang telah diputar di Indonesia tersebut telah berhasil menjadi tontonan televisi yang disukai di Indonesia, seperti halnya di Singapura, Hong Kong, Taiwan, Vietnam, dan Malaysia (Buletin Disc Tarra online, www.disctarra.com)
Serial televisi Endless Love (judul aslinya, Autumn In My Heart) ini dibuat sebanyak 18 episode dan telah beredar sejak tahun 2002. Dengan dua versi bahasa, yaitu Mandarin dan Indonesia, VCD ini mengalami penjualan yang meningkat. Pada tahun 2004 ini sudah tidak diedarkan ulang. Selain film tersebut, Disc Tarra juga mendistribusikan sinetron serial Korea lainnya, yaitu All About Eve, sebanyak 20 episode yang juga telah ditayangkan oleh Indosiar pada tahun 2003 yang lalu.
Eksistensi VCD sinetron Korea di toko kaset Indonesia menunjukkan adanya pangsa pasar yang menghendaki produk tersebut. Bahkan, sampai tahun 2004 ini beberapa film Korea telah dipasarkan di Indonesia lewat keping VCD dan DVD.
Dengan mulai masuknya film dan sinetron Korea dalam bentuk cakram padat inilah, bisa dikatakan bahwa budaya pop Korea telah mulai bisa diterima oleh masyarakat.
3.2.3. Dalam Bioskop Indonesia
Setelah pemirsa Indonesia cukup akrab dengan wajah-wajah Korea lewat TV, film layar lebar produksi negeri Ginseng itu juga telah diputar di bioskop-bioskop 21 di beberapa kota Indonesia. Film Korea pertama yang mendapatkan ‘kehormatan’ itu adalah My Sassy Girl (엽기적인 그녀 Yeobgijeogin Geunyeo).
Film yang di negara asalnya sangat laris ini akhirnya dibeli hak putar bioskopnya oleh jaringan bioskop 21. Melihat suksesnya film ini di beberapa negara Asia, film ini ternyata juga mendapat sambutan hangat para remaja di Jakarta dan Surabaya. Sayangnya Yogyakarta tidak sempat menikmati film ini lewat layar lebar.
Film ini memang banyak yang menilai telah menjadi salah satu film Korea yang sukses menembus batas negerinya. Film ini bisa dikatakan menandai keberhasilan pekerja film Korea mengolah film komedi, sebab selama ini Korea lebih dikenal "hanya" mampu melahirkan film-film melodrama.
Tema cerita film Korea yang mulai berani dan beragam, mulai dari urusan cinta homoseksual, kekerasan di sekolah, sampai kehidupan aktivis generasi tahun 1980-an telah membuat industri film Korea menggeliat. Mulai akhir tahun 1990-an sampai 2004 ini film Korea tetap berhasil menarik perhatian penonton domestik dan bisa bersaing dengan film produksi negara lain.
Namun, setelah penayangan film My Sassy Girl di layar lebar Indonesia pada tahun 2002 lalu, belum ada lagi film layar lebar Korea yang diedarkan di Indonesia.

3.3. Dampak Sinetron Endless Love dan Winter Sonata di Indonesia
Selain yang disebutkan di atas tentang tingginya rating sinetron ini dalam perolehan jumlah penonton selama penayangannya, kedua sinetron ini juga telah memberikan warna baru dalam sinetron Asia yang marak ditayangkan di televisi-televisi tanah air.
Untuk lebih memudahkan penjelasan tentang seberapa besar dampak yang ditimbulkan kedua sinetron Korea tersebut, penjelasan akan disampaikan dalam bentuk poin-poin dampak yang ditimbulkan. Beberapa bagian penjelasan dari hasil penelitian ini menampilkan hasil-hasil survei dan forum diskusi yang terdapat di internet (bukan hasil dari survei penelitian). Penggunaan hasil survei yang terdapat dalam internet semata-mata ditujukan untuk memudahkan penelitian seperti yang sudah direncanakan dalam metode penelitian. Untuk itu perlu digarisbawahi bahwa hasil survei dan forum-forum diskusi ini hanya mewakili mereka yang memiliki akses ke dalam internet yaitu sebagian masyarakat Indonesia yang mampu (better-off). Namun demikian, jumlah responden yang mencapai ribuan bisa dijadikan patokan yang paling tidak menggambarkan situasi apa adanya di Indonesia, dalam hal ini mengenai pendapat-pendapat masyarakat pengguna internet tentang produk budaya pop Korea: sinetron Korea.
Berikut adalah dampak-dampak yang ditimbulkan oleh sinetron Korea di Indonesia:
1. Mulai dikenalnya produk sinetron Korea di Indonesia
2. Mulai dikenalnya wajah-wajah baru pemain sinetron Korea
3. Munculnya klub-klub penggemar pemain sinetron Korea (Fans Club)
4. Munculnya forum tukar informasi seputar sinetron, film, berikut aktor dan aktris Korea di dunia maya (internet)
5. Munculnya situs-situs internet di Indonesia yang berhubungan dengan sinetron/drama Korea dan film Korea
6. Munculnya VCD, DVD film Korea, kaset, dan CD lagu-lagu sinetron Korea di pasaran Indonesia
7. Munculnya ringtone lagu-lagu sinetron Korea
8. Munculnya novel-novel terjemahan berdasarkan sinetron-sinetron Korea di Indonesia

3.3.1. Mulai Dikenalnya Produk Sinetron Korea di Indonesia
Masyarakat Indonesia mulai terkena deman drama Asia dalam hal ini produk Jepang pada tahun 1980-an dengan diputarnya sinetron Oshin di TVRI. Disusul kemudian pada pertengahan tahun 1990an setelah munculnya beberapa televisi swasta, pertelevisian Indonesia dilanda lagi deman sinetron Jepang lainnya. Dimotori oleh stasiun Indosiar yang mulai memperkenalkan Tokyo Love Story yang sukses luar biasa pada tahun 1994, diikuti kemudian dengan drama-drama Jepang seperti Ordinary People (1994), Under the Same Roof (1995) sampai dengan Itazura Na Kiss yang ditayangkan tahun 2004 ini. Mengingat terus bermunculannya sinetron Jepang dari awal 90-an sampai tahun 2004 ini menunjukkan bahwa kehadirannya dapat diterima masyarakat.
Pada saat yang sama kehadiran sinetron-sinetron Asia lainnya pun terutama dari Taiwan juga ikut meramaikan tayangan sinetron di tanah air. Dengan Meteor Garden (2002) yang sukses dengan F4-nya, sinetron Asia terus menunjukkan kekuatannya sebagai hiburan yang mempunyai nilai jual tinggi di tanah air.
Di tengah ramainya kehadiran sinetron-sinetron inilah sinetron produk Korea mulai muncul menunjukkan kemampuannya dalam hal menarik penonton di Indonesia. Dari begitu banyaknya judul sinetron produk Korea yang telah dan tengah tayang di televisi-televisi Indonesia seperti yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini, dua sinetron yang menjadi bahan pembicaraan masyarakat penikmat sinetron Asia adalah sinetron Endless Love (가을 동화) dan Winter Sonata (겨울 연가)
Tabel 1. Daftar Sinetron yang Telah dan Tengah Tayang
di Indonesia

No.
Judul Sinetron
Tahun Tayang
Stasiun Televisi
1.
Endless Love
2002
Indosiar
2.
Glass Shoes
2002
Trans TV
3.
Lover
2002
Trans TV
4.
Beautiful Days
2003
TV7
5.
Friends
2003
Indosiar
6.
Winter Sonata
2003
SCTV
7.
Pop Corn
2003
SCTV
8.
Hotelier
2004
Indosiar
9.
Endless Love
2003
RCTI*
10.
Winter Sonata
2004
Indosiar*
11.
All In
2004
Indosiar
* tayangan ulang

Dari tabel di atas terlihat bahwa dua sinetron yang menjadi objek penelitian ini telah mengalamai masa tayang dua kali di stasiun televisi yang berbeda. Hal ini mencerminkan bahwa kedua sinetron tersebut adalah sinetron yang banyak peminatnya sehingga stasiun televisi lain pun berani menayangulang.
Pada awal masa tayangnya di tahun 2002, Endless Love yang ditayangkan Indosiar berhasil menjadi tayangan favorit dengan rating 10 dengan jumlah penonton sekitar 2,8 juta pemirsa di lima kota besar. (Kompas, 14 Juli 2003). Hal tersebut memicu munculnya sinetron-sinetron Korea lainnya yang ternyata juga mendapat sambutan luas. Sementara itu, Winter Sonata yang ditayangkan oleh SCTV juga menuai hasil yang sama.
Mulai maraknya penayangan sinetron-sinetron Korea sebenarnya bukanlah sesuatu yang terjadi di Indonesia saja, bahkan bisa dikatakan Indonesia sedikit terlambat dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya seperti Cina, Jepang, Vietnam, Thailand, Singapura, dan Malaysia. Negara-negara tersebut telah sejak tahun 2000 mulai mengenal produk sinetron Korea yang mulai merambah peredarannya. Bahkan Jepang yang sejak tahun 90-an dikenal sebagai kiblat sinetron Asia juga mulai terkena dampak populernya sinetron produk Korea di negerinya.

3.3.2. Mulai Dikenalnya Wajah-wajah Pemain Sinetron Korea
Won Bin dan Bae Young Jun adalah dua nama pemain sinetron Korea yang saat ini sedang naik daun tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh Asia tempat sinetron yang mereka bintangi pernah ditayangkan. Dua nama itu telah menjadi begitu sukses seiring dengan suksesnya sinetron Endless Love yang dibintangi Won Bin dan Winter Sonata dengan Bae Young Jun sebagai pemain utamanya. Bahkan bisa dikatakan bahwa Won Bin dan Bae Young Jun telah menjadi semacam ikon dan citra Korea di luar negeri hanya karena sinetron mereka meledak di beberapa negara Asia.
Hal ini tidak pernah terjadi sebelumnya saat booming sinetron-sinetron Jepang di tanah air pada tahun 1990-an. Pengecualian hanya terjadi saat sinetron Taiwan berjudul Meteor Garden dengan F4-nya berhasil merebut hati penonton Indonesia pada tahun 2002.
Berikut adalah cuplikan dari beberapa live comment di situs-situs internet tentang bagaimana penggemar sinetron Korea menyukai idolanya.
1. ina - 5/10/2004 16:33:00tayangin serial asia hotelier dong.ak ngefans sama bayong jun
Sumber: http://www.indosiar.com/v2/da/list.htm
Selanjutnya, di bawah ini juga merupakan cuplikan dari forum diskusi tentang Bae Young Jun di internet:
Cuplikan 1: Forum diskusi tentang Bae Young Jun di situs Indosiar
Posted - 01 Apr 2003 : 15:55:34
Eh.... udah liat foto tergress BYJ di http://www.baeyongjune.com/ yg di bagian freeboard. Waduh... gue sampe shock dan hampir gak bisa kenalin, kurus banget. Katanya emang untuk keperluan shooting 'scandal' dia berusaha diet dan turun 7 kg. But it seems more than that, he's so skinny. Aduh jadi sedih deh ngeliat deh begitu hardworking & tired untuk his first debut movie.... Gue sebenernya pengen posting di forum ini tapi keliatannya enggak bisa attach gambar, jadi yang kepengen liat langsung aja browsing di web-nya. Oh iya di sana juga ada 20 foto BYJ saat di Bali....nah... yang ini sih siippp punya, bikin megap-megap ngeliatnya!

Sumber: www.indosiar.com/forum

Posted - 10 Apr 2003 : 00:05:45

Hello I'm a new member..... Gue tahu ada forum diskusi ini saat browsing lagi cari info seputar MG. Dulu gue ngefans banget sama F4 sampe bela-belain nonton konsernya F4 kemarin ini....(tapi enggak nyesel juga sih). Sekarang setelah nonton Korean drama, gue langsung ganti fans ke Mr. Bae.... buat gue he's really fantastic!! Baik dari acting dan real characternya. Saat ini gue lagi cara gimana yach bisa ketemu dengan doi, so kalau ada yang tahu, pls help me dong. Or ada yang punya access ke managernya? Atau kita bikin BYJ Indo Fans Club (atau jangan-jangan udah ada, gw aja yang kuper ) terus bikin tour kesana khusus ketemu doi, menurut web-nya BYJ care banget sama fans & very welcome. WELCOME TO THE FAMILY .... ! (BIARPUN TELAT )


Terkenalnya dua bintang sinetron Korea itu telah mewarnai berbagai macam memorabilia yang berhubungan dengan keduanya. Banyak beredarnya berbagai macam foto, gantungan kunci, buku, poster, kalender, dan majalah-majalah yang memampang foto-foto mereka sebagai sampul merupakan fenomena tersendiri yang hanya bisa terjadi karena kedua bintang Korea tersebut memang telah menjadi idola baru di Indonesia, bahkan di Asia.
Di sinilah letak Hallyu atau Gelombang Korea bisa terlihat dengan jelas. Banyak dijualnya memorabilia semacam itu telah menjadi penanda mulai diterimanya produk budaya Korea di tengah-tengah masyarakat tanah air.

3.3.3. Munculnya Klub-klub Penggemar Pemain Sinetron Korea
(Fans Club)
Terkenalnya sinetron Endless Love dan Winter Sonata yang mengorbitkan nama Won Bin dan Bae Young Jun tidak hanya berhenti sekedar mengidolakan mereka dalam tahap mengagumi. Satu fenomena menarik yang muncul di negara-negara Asia termasuk Indonesia adalah adanya Won Bin Fans Club dan Bae Young Jun Club.
Berdasarkan survei dari internet tentang adanya fenomena ini, di Indonesia telah berdiri Won Bin Club dan Bae Young Jun Club yang anggotanya berasal dari beberapa kota di Indonesia. Klub ini mengadakan pertemuan rutin untuk saling tukar informasi dan saling mengenal antaranggotanya.
Salah satu Bae Young Jun Club yang baru saja berdiri pada tanggal 29 Agustus 2004 lalu adalah Bae Yong Jun Indonesia Family dengan situs resminya di www.byjindofamily.com. Situs ini sengaja dibuat untuk memanjakan para penggemar sang idola untuk mendapatkan akses mudah tentang filmografi, profil, berita, galeri, dan link-link yang terhubung dengan klub-klub maupun informasi tentang Bae Young Jun di tempat lain.
Berdasarkan majalah AsianPlus edisi 087 (9-15 September 2003), klub yang terdiri dari ibu-ibu dari beberapa kota di Indonesia ini telah mengadakan gathering yang ketiga kalinya pada tanggal 29 Agustus 2004 lalu di Kafe Tenda Semanggi. Pada kegiatan seperti ini diadakan basar yang menjual segala pernak pernik yang berhubungan dengan sang idola. Gathering ketiga dengan tema “Indonesia Loves Bae Yong Jun” ini merupakan wadah bagi para penggemar Bae Yong Jun untuk saling mengenal anggota lain dan bertukar barang-barang yang bergambarkan sang aktor.

3.3.4. Munculnya Forum Tukar Informasi Seputar Sinetron, Film, berikut Aktor dan Aktris Korea di Dunia Maya (internet)
Dilihat secara kasat mata, fenomena Hallyu di Indonesia bisa jadi sulit untuk dilihat. Namun apabila dilihat lebih jauh, fenomena ini telah mendapatkan tempatnya di dunia maya dengan begitu luas.
Berbagai macam forum yang berkaitan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan budaya pop Korea telah begitu banyak beredar di dunia maya Indonesia. Forum-forum dan ruang-ruang chat yang bertemakan film, sinetron, aktor dan aktris Korea, serta apa pun yang berhubungan dengannya telah banyak muncul di situs-situs tanah air.
Salah satu contoh yang bisa dipaparkan di sini adalah adanya forum tukar informasi yang disediakan oleh Indosiar untuk mewadahi para penggemar sinetron Korea bertukar pendapat dan saling memberikan komentar tentang sinetron dan film Korea. Dari forum semacam ini bisa terlihat dengan jelas apa saja yang mereka bicarakan, bagaimana pendapat mereka, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan topik tersebut.
Dalam halaman situs ini terlihat bahwa para penggemar drama atau sinetron Korea benar-benar mendapatkan tempat untuk berhubungan dengan para penggemar sinetron Korea se-Indonesia. Dalam situs ini terlihat bahwa penggemar bisa dengan mudah menuangkan pendapat, keinginan, kritik, serta berbagai hal lainnya yang berkaitan dengan sinetron Korea.
Dilihat dari jumlah pengunjung yang masuk ke situs untuk membaca atau sekedar ikut dalam forum ini yang berjumlah ribuan, forum ini bisa mencerminkan banyaknya fans atau pecinta sinetron Korea termasuk lagu-lagu soundtrack, aktor dan aktris, serta hal-hal lain yang berkaitan dengan produk sinetron ini.
Berikut ini adalah salah satu contoh ruang diskusi yang memberikan kesempatan untuk siapa saja untuk ikut berpendapat tentang sinetron Korea. Di dalam forum ini terlihat adanya ruang khusus untuk menampung minat para fans sinetron Korea yaitu Korean Dramas. Contoh di bawah memberikan gambaran tentang pendapat fans mengenai salah satu sinetron Korea yang kebetulan berjudul Something Happened in Bali.
Dengan adanya ruang diskusi seperti ini di dunia maya, para penggemar sinetron Korea bisa mendapatkan tempatnya.

Cuplikan 2. Situs Forum Diskusi Indosiar tentang Korean Dramas




function ChangePage(fnum){
if (fnum == 1) {
document.PageNum1.submit();
}
else {
document.PageNum2.submit();
}
}



All Forums Serial asing Korean Dramas Something Happened In Bali
New Topic Reply to Topic Printer Friendly






He88eFreak Fanatic
Indonesia726 Posts
Posted - 18 Jun 2004 : 18:38:53
Gw baru nonton ampe seri 10, besok baru nancep lagiso far sih ok2 aja, lucu juga pas adegan di bali gw nga bisa nahan tawa
Source: www.indosiar.com
Dari situs-situs ini banyak juga hal yang bisa didapatkan tentang bagaimana para fans drama atau sinetron Korea menanggapi suatu polling yang diadakan situs tersebut. Dari sekian banyak situs yang peneliti gunakan sebagai acuan adalah situs stasiun televisi Indosiar yang memang sejak awal berkomitmen untuk selalu menayangkan sinetron-sinetron Asia.
Berkaitan dengan sinetron Winter Sonata yang menjadi bahan penelitian ini, terdapat beberapa hal yang bisa dikaji dari hasil online polling seperti yang terlihat berikut ini:

Tabel 2. Hasil Online Polling tentang Winter Sonata di Indosiar
per Oktober 2004
Bagaimana pendapat Anda tentang Winter Sonata ??
Asli ni film bagus banget..........
(58.6 %)
1133 Pemilih
Lumayan oke
(15.2 %)
294 Pemilih
Ngga bagus ah ...
(13.8 %)
266 Pemilih
Jam tayangnya bisa ditambah nggak ?
(12.4 %)
240 Pemilih
Jumlah Pemilih #: 1933
Sumber: http://www.indosiar.com/v2/da/polling.htm?id=340

Dari hasil jajak pendapat di atas didapatkan bahwa lebih dari 70% pemilih menyatakan bahwa sinetron Winter Sonata yang ditayangkan Indosiar merupakan sinetron yang layak tonton.
Sementara itu, Endless Love adalah drama atau Sinetron Asia yang nomor dua banyak dikenang setelah Meteor Garden (Taiwan), seperti yang terlihat dalam tabel hasil online polling berikut ini:
Tabel 3. Hasil Online Polling tentang drama Asia yang selalu terkenang

Drama Asia Indosiar yang selalu terkenang :
Love Storm
(9.9 %)
127 Pemilih
Meteor Garden
(43.5 %)
556 Pemilih
Endless Love
(13.0 %)
166 Pemilih
Kamisama Mou Sukoshi Dake
(4.6 %)
59 Pemilih
Itazurra Na Kiss
(8.4 %)
107 Pemilih
All About Eve
(14.2 %)
181 Pemilih
Friends
(6.4 %)
82 Pemilih
Jumlah Pemilih #: 1278
Sumber: http://www.indosiar.com/v2/da/polling.htm?id=277
Dari tujuh sinetron Asia yang ditayangkan, tiga di antaranya adalah sinetron produk Korea, yaitu Endless Love, All About Eve, dan Friends. Khusus untuk Endless Love, sebagai drama Korea pertama yang ditayangkan Indosiar, kedudukannya sebagai sinetron yang selalu dikenang memang berasalan karena dimulai dengan sinetron inilah sinetron-sinetron Korea lainnya mulai banyak penggemarnya di tanah air.
Contoh lain yang bisa menggambarkan bagaimana para penggemar sinetron Korea mengungkapkan kesenangannya terhadap drama Korea bisa dilihat pada guestbook salah satu situs tentang drama Korea:

Cuplikan 3: GuestBook tentang Situs Korea
First Name : dewi
URL / E-mail : sh4nty_adv@lycos.com
Favorite Drama : winter sonata
Favorite Star : kim jae won
Comment : teruskan mencari info tentang drama korean trus kalo bisa sekalian drama se-Asia yang sedang populer saat ini


First Name : M3r1
URL / E-mail : lady_82@eudoramail.com
Favorite Drama : wish upon a star, endless love
Favorite Star : ahn jae wook
Comment : hi, friends, bagi yg ada info ttg lagu-lagu ahn jae wook, kasih tahu saya donk..... apa di jakarta ini ada yang jual kasetnya? saya mau beli... lagunya enak-enak..... trims dulu atas info nya.....
Sumber: www.geocities.com/dramakorean

Melihat perkembangan semakin tingginya peminat sinetron Korea, televisi-televisi di Indonesia seakan belum mau meninggalkan kebiasaan memutar sinetron dari negeri ginseng ini. Sebagai contoh, sebagai ganti selepas habisnya masa tayang sinetron Winter Sonata awal Oktober 2004 ini, stasiun televisi Indosiar telah mempersiapkan sinetron Korea terbaru dengan judul Summer Scent (여름 향기) mulai tanggal 6 Oktober 2004 (http://www.indosiar.com/v2/da/da_read.htm?id=1775 ).
Satu hal yang perlu disimak adalah adalah munculnya Song Seung Hun pemain sinetron yang terkenal sejak membintangi Endless Love yang juga pernah ditayangkan Indosiar. Bisa jadi hal ini sebagai trik atau penarik minat penonton untuk tetap setia menonton sinetron Korea di Indosiar.

3.3.5. Munculnya Situs-situs Internet di Indonesia yang Berhubungan dengan Sinetron/Drama Korea dan Film Korea
Dengan semakin maraknya pemutaran sinetron Korea di televisi-televisi Indonesia, perbincangan dan wacana tentang sinetron Korea dan hal-hal yang berhubungan dengannya mulai banyak bermunculan di situs-situs internet Indonesia. Berikut ini adalah beberapa contoh jumlah situs yang muncul saat dicari dengan mesin pencari (search engine) Google Indonesia. Pemakaian mesin pencari Google Indonesia dimaksudkan untuk membatasi dan memfokuskan hasil pencarian situs-situs yang berhubungan dengan subjek pencarian di Indonesia saja. Lain halnya apabila memakai mesin pencari Yahoo yang akan menampilkan hasil pencarian dari seluruh dunia.
Dari pencarian situs-situs yang berhubungan dengan sinetron Korea dan para pemain sinetron Korea, berikut adalah beberapa gambaran yang didapatkan:
1. Saat memasukkan entri “Winter Sonata” ke dalam Google Indonesia didapatkan hasil 1370 halaman untuk Winter Sonata. Beberapa di antaranya adalah www.indosiar.com/v2/da/da_read.htm?id=1729-22k, www.2famouslyrics.com/5/5566/winter-sonata.html yang menggambarkan kisah Winter Sonata dan lirik-lirik lagu sinetron tersebut.
2. Saat memasukkan entri “Endless Love” ke dalam Google Indonesia didapatkan hasil 1960 halaman untuk Endless Love. Di antaranya adalah www.geocities.com/dramakorean/endlesslove.html yang berisikan tentang hal-hal seputar sinetron tersebut.
3. Saat memasukkan entri “Won Bin” ke dalam Google Indonesia didapatkan hasil 1590 halaman untuk Won Bin. Di antaranya adalah www.geocities.com/dramakorean/endlesslove.html yang berisikan tentang Won Bin sebagai salah satu pemain di drama Endless Love dan informas lain mengenai sinetron tersebut.
4. Saat memasukkan entri “Bae Young Jun” ke dalam Google Indonesia didapatkan hasil 378 halaman untuk Bae Young Jun. Di antaranya adalah www.geocities.com/dramakorean/hotelier.html yang berisikan hal hal seputar Bae Young Jun sebagai salah satu pemain sinetron Hotelier yang juga sempat diputar di Indonesia.
5. Saat memasukkan entri “Sinetron Korea” ke dalam Google Indonesia didapatkan hasil 2810 halaman untuk Sinetron Korea. Di antaranya adalah
www.kompas.com/kompas-cetak/0309/16/jateng/566194.htm, www.suaramerdeka.com/harian/0210/02/bud4.htm
Keduanya berisikan tentang berita sekitar mulai banyaknya penayangan sinetron dan film Korea di televisi-televisi Indonesia.
Situs-situs lain yang sengaja didedikasikan untuk produk budaya pop Korea ini bisa dilihat dalam beberapa situs berikut ini:
Autumn in my heart di http://www.nusa-bali.com/mid/gido.mid
Informasi Seputar Drama Korea S. di www.geocities.com/dramakorean
All about Eve di www.geocities.com/aaehc Love winter sonata di http://geocities.com/lovewintersonata

Beberapa contoh situs di atas menunjukkan bahwa saat ini sinetron Korea berikut judul-judul sinetron Korea telah menjadi wacana yang biasa dalam dunia internet di Indonesia.

3.3.6. Munculnya VCD, DVD Film Korea, kaset, dan CD Lagu-lagu Sinetron Korea di Pasaran Indonesia
Film Korea produksi tahun 1999 –2004 yang sudah banyak beredar VCD-nya di Indonesia dapat dikenali dari sampulnya. Berdasarkan survei yang dilakukan di dua VCD Rental di kota Yogyakarta seperti Studio One (Jl. Kaliurang Km.5) dan Wahana (jl.Kaliurang Km.6), VCD film Korea yang disewakan mencapai lebih dari 10 judul. Dari sepuluh judul film tersebut semuanya adalah film-film terlaris yang mencapai box office di Korea. Terlepas dari kenyataan bahwa rata-rata film-film tersebut adalah film bajakan, eksistensi adanya film-film Korea di tengah-tengah film Hollywood yang mendominasi rak-rak penyewaan merupakan pertanda adanya peminat film Korea. Beberapa film box office Korea yang tersedia di kedua persewaan besar di Jalan Kaliurang itu adalah:
1. Taegukki (2004) 6. Friend (2001)
2. The Way Home (2003) 7. Joint Security Area (2000)
3. My Sassy Girl (2002) 8. Sorum (2000)
4. Guns & Talk (2001) 9. Ginko Bed (1999)
5. Bungee Jumping (2001) 10. Shiri (1999)
Di atas adalah beberapa film Korea yang terkenal di negaranya sendiri dan kebetulan memang tersedia di Indonesia. Kecuali film Taegukki, semua film tersebut telah secara resmi diedarkan di Indonesia dengan subtitle Bahasa Indonesia. Selain film-film di atas, sinetron berseri Winter Sonata juga tersedia di kedua persewaan tersebut. Eksistensi dan tersedianya film-film Korea di persewaan-persewaan seperti ini menandakan adanya penggemar film Korea.
Sementara itu, penelitian di 3 toko kaset terkemuka di Yogyakarta seperti M-Studio (Galeria Mall lantai 1), Bulletin (Jl. Malioboro), Disc Tarra (Malioboro Mall lantai dasar) menunjukkan pula adanya fenomena yang tidak jauh berbeda. Di ketiga toko kaset dan VCD tersebut tersedia pula beberapa judul film Korea. Berdasarkan informasi yang didapat dari ketiga toko tersebut, film-film Korea dijual dalam jumlah terbatas. Stok film Korea hanya akan ditambah apabila ada permintaan. Dari penelitian selama bulan Juli sampai September 2004, film-film yang dijual tidak sebanyak film-film Hollywood. Judul yang tersedia pun juga tidak sebanyak yang ada di persewaan VCD. Dengan harga yang lebih murah dibanding film Hollywood yaitu rata-rata Rp 30.000 per satu film, VCD film Korea bisa bersaing untuk dipasarkan.
Satu penemuan yang patut dipaparkan di sini adalah sulitnya menemukan film Korea di toko kaset dan VCD. Dalam hal ini bukan karena tidak adanya stok, namun karena dicampurnya film Korea dengan film-film Hongkong dan Taiwan. Kenyataan ini menunjukkan belum adanya pemahaman di antara penjaga toko kaset tersebut. Peneliti beberapa kali selama 3 bulan terus menanyakan eksistensi film Korea di dua toko tersebut, para pramuniaga toko selalu mengatakan tidak memilikinya walaupun sebenarnya ada. Ternyata film Korea disamakan dengan film Hongkong karena ketidaktahuan para pramuniaga tentang ciri-ciri film Korea—meskipun sebenarnya mencolok dilihat dari huruf Koreanya.
Film-film Korea yang dipasarkan di Indonesia sebagian besar merupakan hasil produksi dari Blockbuster Indonesia (www.BlockBuster.co.id) yang memegang lisensi untuk menjual dan mengedarkan film-film Korea dengan subtitle Indonesia. Dengan adanya perusahaan yang telah secara resmi memegang lisensi penjualan film Korea, film Korea dengan mudah semakin dapat ditemukan di pasaran Indonesia.
Sementara itu, kaset-kaset lagu Korea yang banyak beredar di toko kaset adalah kaset kompilasi soundtrack drama Korea yang pernah tayang di televisi-televisi Indonesia. Berikut adalah beberapa kaset, CD, dan VCD tentang Korea yang beredar di toko kaset Indonesia. Karena sebagian besar adalah produk dari Disc Tarra, produk-produk ini paling banyak ditemukan di toko DiscTarra. Dari hasil penelitian, DiscTarra (Malioboro Mall Lantai Dasar) menjual hampir semua koleksi ini.
CD (Cakram Padat) Official Album Of The 2002 FIFA World Cup Korean Queen Vol. 001 OST 100% Korean Drama Hits OST From Korean TV Drama Series : My Love Patzzi OST Korea Drama 2002 Purple Bless Vol. 001 Purple Bless Vol. 002 Best Of Korean Love Moods
VCD Korea TV Drama Music Video
KARAOKEKaraoke Best Korean TV Drama & Pop Vol. 002
Kaset OST From Korean TV Drama Series : My Love Patzzi OST Korea's Love Drama Hits Best Of Korean Love Moods

3.3.7. Munculnya Nada Dering (Ringtone) Lagu-lagu Sinetron Korea
Berdasarkan pengamatan peneliti dan survei yang dilakukan di tempat-tempat penjualan telepon genggam khususnya di gerai-gerai di Yogyakarta yang menawarkan jasa men-download ringtone, ditemukan beberapa hal menarik yang berhubungan dengan sinetron Korea. Sampai saat ini ringtone soundtrack lagu-lagu sinetron Korea terutama Winter Sonata dan Endless Love tetap menjadi ringtone yang banyak dicari oleh para pemakai telepon genggam yang suka mengganti nada dering telepon seluler mereka.

3.3.8. Munculnya Novel-novel Terjemahan Berdasarkan Sinetron-sinetron Korea di Indonesia
PT Gramedia sebagai salah satu penerbit majalah dan buku terkemuka di tanah air tidak membiarkan fenomena maraknya animo masyarakat terhadap sinetron Korea berlalu begitu saja.
Pada tahun 2002 yang lalu PT Gramedia melalui anak perusahaannya, Grasindo, menerbitkan buku terjemahan dengan judul Endless Love ‘Cinta Tanpa Akhir’ karya Oh Soo Yeon yang merupakan novel berdasarkan kisah sinetron dengan judul sama. Dengan empat seri buku yang isi ceritanya sama dengan sinetronnya, buku ini berusaha untuk mengambil keuntungan di tengah naik daunnya sinetron tersebut. Berikut ini adalah daftar judul keempat buku tersebut berikut dengan daftar harganya.

Tabel 4. Daftar Novel terjemahan berdasarkan kisah sinetron Endless Love
1
ENDLESS LOVE JILID 1 - CINTA TANPA AKHIR Pengarang : Oh Soo Yeon
Rp. 22.500,-

2.
ENDLESS LOVE JILID 2- CINTA TANPA AKHIR Pengarang : Oh Soo Yeon
Rp. 22.500,-

3.
ENDLESS LOVE JILID 3 - CINTA TANPA AKHIR Pengarang : Oh Soo Yeon
Rp. 22.500,-

4
ENDLESS LOVE JILID 4- CINTA TANPA AKHIR Pengarang : Oh Soo Yeon
Rp. 22.500,-

Sumber: toko buku gramedia online

Semua fenomena di atas menunjukkan bahwa pengaruh sinetron Korea telah masuk ke dalam berbagai sendi kehidupan sebagian masyarakat Indonesia. Eksistensi budaya pop Korea berikut akibat-akibat yang ditimbulkannya memang merupakan suatu kecenderungan yang layak untuk dicermati karena ternyata fenomena ini menunjukkan bahwa Indonesia pun sekarang tak luput dari pengaruh budaya Korea, sama seperti yang terjadi di beberapa negara kawawan Asia.






BAB 4
Kesimpulan

Dibandingkan dengan Cina, Jepang dan Taiwan yang secara budaya dan geografis dekat dengan Korea, Indonesia dan negara ASEAN lainnya seperti Thailand, Singapura, Malaysia, dan Vietnam memang terlambat mengenal Hallyu. Di Indonesia sendiri sinetron Korea seperti Winter Sonata dan Endless Love yang meramaikan layar kaca tanah air pada tahun 2002 mendapat sambutan hangat dari masyarakat Indonesia dan dari sinilah momentum mulai adanya Hallyu di Indonesia bisa dikatakan mulai muncul.
Beberapa waktu sebelum bergemanya sinetron Korea di Indonesia, Indonesia telah lebih dahulu terbiasa dengan masuknya budaya pop Amerika Serikat dalam hal ini Hollywood dan Jepang baik lewat film maupun animasinya. Namun mulai tahun 2002 yang lalu Korea Selatan telah menjadi negara pengekspor budaya popnya juga ke beberapa negara Asia bahkan ke belahan dunia lainnya.
Menurut Prof. Yang Seung Yoon suatu negara akan bisa memulai penyebaran budayanya secara besar-besaran apabila ekonomi negara tersebut sudah kuat. Dalam pandangan ini Korea telah bisa dikatakan berhasil membuktikannya. Penyebaran budaya popnya telah mengekor berhasilnya negara tersebut dalam mengekspor hasil industri manufakturnya.
Pertanyaan yang patut diajukan dalam situasi masyarakat Indonesia di mana Hallyu sudah mulai merasuki beberapa lapisan masyarakat tertentu adalah ada tidaknya manfaat dari budaya pop Korea ini. Satu hal yang pasti adalah masyarakat Indonesia seperti “dimanja” dengan sejumlah pilihan tontonan sinetron dari negara-negara luar termasuk Korea yang menjadi objek penelitian ini.
Namun demikian, satu hal yang patut dicermati adalah masih rendahnya budaya penghargaan atau apresiasi terhadap suatu karya seni. Fenomena merebaknya Hallyu yang terjadi Indonesia bisa jadi merupakan euphoria terhadap budaya Korea yang memang semakin trend. Munculnya forum-forum diskusi, memorabilia para aktor Korea, dan bahkan klub-klub penggemar sinetron Korea memang menunjukkan sesuatu yang wajar apabila dipikir dengan kacamata positif. Namun, apabila kesenangan terhadap apa pun yang bersifat Korea tidak disertai dengan pemahaman tentang bagaimana dan apa sebenarnya Korea itu, maka fenomena maraknya Hallyu hanyalah akan semakin menjauhkan penikmat Hallyu itu dari inti budaya Korea itu sendiri.
Sinetron Korea dalam hal ini Winter Sonata dan Endless Love memiliki kekhasan yang unik tentang isu, budaya, dan sistem sosial orang Korea. Apresiasi tentang budaya Korea yang mencukupi tentunya akan membantu dalam memahami cerita tersebut sehingga lebih bermanfaat.
Hal lain yang pasti dirasakan sebagai akibat dari merebaknya budaya Hallyu di Indonesia adalah semakin berkembangnya pemahaman budaya antarnegara dan berhasilnya budaya sebagai alat diplomasi dalam hal ini antara Indonesia dan Korea. Bisa dikatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir ini fenomena Hallyu telah ikut mengangkat nama Korea ke seluruh Asia dan bagian dunia lainnya.
Sementara itu, Hallyu yang terjadi di Indonesia juga seharusnya bisa dijadikan alat belajar bagi masyarakat Indonesia terutama mereka yang berkecimpung di dunia hiburan. Banyak yang bisa dipelajari dari keberhasilan Korea mengekspor budayanya. Salah satunya adalah kemampuan sineas korea untuk menghubungkandan menangkap pasar dari industri interaktif. Bukan hanya tayangan di televisi, tetapi mereka akhirnya juga telah berhasil mengemas produk mereka dalam bentuk VCD, CD, dan kaset lagu-lagu produk itu untuk saling mendukung pemasaran industri film dan sinetron mereka.
Dengan semakin dewasanya masyarakat Indonesia saat ini, fenomena Hallyu dengan segala dampak yang ditimbulkan seperti yang terlihat dalam hasil penelitian ini bukanlah ancaman bagi Indonesia, apalagi kecenderungan masyarakat Indonesia untuk beradaptasi dengan budaya asing termasuk tinggi.
Bahkan, adanya Hallyu secara tak langsung juga telah membuat ekspresi budaya sebagian masyarakat Indonesia terutama dari mereka yang memiliki hubungan erat dengan budaya Cina dan Korea semakin tinggi. Saat ini wajah-wajah pemain sinetron yang beretnis Cina telah begitu menjadi hal yang biasa dan wajar di televisi Indonesia. Hal ini secara tidak langsung juga merupakan imbas dari terbiasanya masyarakat Indonesia dengan wajah-wajah Asia seperti dalam sinetron Korea. Dengan melihat keadaan ini, Hallyu bukan menjadi ancaman namun bisa disikapi secara arif sebagai sebuah tantangan kreatif bagi bangsa Indonesia.
Untuk itulah Indonesia yang saat ini mau tidak mau telah menjadi “pasar” atau konsumen budaya Korea harus bisa mengambil segi-segi positif yang bisa didapatkan terutama dalam hal bagaimana pemerintah Korea mendukung menyebarnya Hallyu ke dunia Internasional. Dukungan seperti ini perlu menjadi contoh bagi masyarakat Indonesia dan pemerintah Indonesia untuk ikut memikirkan produk budaya lokal dan menghargainya. Hanya dengan kesadaran akan berharganya produk dalam negerilah suatu negara bisa dengan bangga memperkenalkan budayanya ke dunia internasional.



Daftar Pustaka

Bernard, H. Russell, and Gery W. Ryan. (1998). "Text Analysis: Qualitative and Quantitative Methods." in Handbook of Methods in Cultural Anthropology. Walnut Creek, CA: AltaMira Press.

Jowett, Garth, & Linton, James M. (1980). Movies as Mass Communication. London-Beverly Hills: Sage Publications, Ltd.

Lee, Tschun-kil, etal. (1998). Cultural Policy Study: Improving the Film Distribution Structure. Seoul: Korea Cultural Policy Institute.

Nugroho, Suray Agung. “Korean Movies as Reflected in Korean Movies Magazines (2000-2001)”. Master Thesis. Graduate School of International Area Studies. Hankuk University of Foreign Studies. 2002.

Yang, Seoung-Yoon. 2000. Expanding Cultural Exchange with Southeast Asia. Korea Focus, January-February. 2000

__________(2002). Korean Pop Culture. Koreana No. 161. Seoul. Hal. 46 –5.




Majalah:
Cine21:
한국영화 점유률 40% 시대의 고민. Cine 21. August 2001. No. 315.
p. 46 –54.
Cinebus:
한국 영화, 엽기를 모아 무사 안착 (Cinebus, No. 53, September 2001)
Korea Pictorial:
Kim Youn-jung, Korean Pop Culture Craze Hallyu Sweeps through Asia. (Korea Pictorial, Seoul, 2002)
Asia Times:
Korean Government to Support Hallyu. Edisi 22 Januari 2004
AsianPlus:
Gathering Bae Young Jun Club Indonesia. Edisi 087 (9-15 September 2003),

Situs Internet:
BlockBuster Group www.BlockBuster.co.id
Bae Young Jun www.byjindofamily.com
Cine 21 (www.cine21.co.kr)
DiscTarra www.disctarra.com
Google (www.google.com)
Gramedia www.gramedia.com
Indosiar Visual Mandiri http://www.indosiar.com
Kompas (www.kompas.co.id ) edisi Kompas online tanggal 14 Juli 2003
Koreana:KoreanArtandCulture www.kf.or.kr/koreana/14_2/main/content1.html
Suara Merdeka (www.suaramerdeka.com/harian/0210/02/bud4.htm)
















No comments: