Wednesday, January 05, 2005

Mc Donald's di Korea


McDonald’s di Korea:
Catatan Sekilas

McDonald’s adalah restoran waralaba (franchise) yang terkenal dan bisa dikatakan mendunia, termasuk di Korea (yang sepertinya tidak mungkin bila di Korea tidak ada restoran seterkenal McDonald’s ini). Tulisan pendek ini untuk sekedar memberikan gambaran mengenai bagaimana bentuk dan bagaimana pandangan masyarakat Korea terhadap restoran siap saji (fasf food) ini.
Untuk memudahkan pemahaman, maka tulisan ini akan dibagi ke dalam beberapa hal, yaitu (A) sejarah singkat McDonald’s di Korea, (B) keberadaan restoran siap saji di Korea, serta (C) pemahaman & cara pandang orang Korea terhadap restoran siap saji,

A. Sejarah Singkat McDonald’s di Korea
Walaupun banyak orang Korea yang mengetahui atau mendengar nama McDonald’s sebelum restoran ini masuk ke Korea pada tahun 1988, banyak yang tahu bahwa restoran ini sangat susah dan tidak mungkin masuk ke Korea karena orang Korea sangat anti Amerika apalagi pada tahun 70an dan 80an.

Pada masa awal munculnya McDonald’s di akhir tahun 80an dan pada awal tahun 90-an, banyak yang menentang hadirnya restoran ini karena dikhawatirkan bisa mematikan perusahaan lokal. Banyak artikel di koran, majalah, televisi, dan media masa yang terus menerus menekankan bahwa makanan asli Korea lebih baik.
l Sempat ada kampanye “BUY KOREA” pada tahun 90-an sebagai dampak dari banyaknya keuntungan yang lari ke luar negeri.

McDonald’s bisa membuka jaringannya di Korea Selatan ketika kondisi bisnis negara ini berubah seiring dengan adanya globalisasi dan internasionalisasi. Walaupun pada awalnya banyak orang Korea yang masih menganggap miring tempat ini, lambat laun orang Korea terutama kaum mudanya merasa restoran ini sebagai tempat makan yang ‘asyik’ dan modern.
l McDonald’s di Korea (sebagaimana halnya dengan yang ada di negara-negara lain juga menyebarkan pemahaman bahwa bahan dasar restoran mereka disuplai oleh perusahaan lokal).
l Banyak orang Korea yang seiring dengan tingkat kemakmuran ekonominya merasa bahwa makan di restoran Korea adalah masalah keputusan individu dan masalah ekonomi.
l Sampai tahun 2004 ini telah ada lebih dari 120 cabang di Korea.

B. Keberadaan McDonald’s di tengah-tengah persaingan dengan perusahaan lokal dan restoran siap saji internasional lainnya

Saat ini restoran waralaba di Korea juga sudah menjamur, baik waralaba lokal maupun internasional. Sebut saja KFC, Pizza Hut, Uncle Joe’s Hamburgers, Lotteria dan masih banyak yang lain. Seperti halnya di Jepang (mungkin) dan Indonesia, tak dipungkiri kehadiran waralaba ini semakin menjalar di hampir kota kota besar dan menengah yang ada di Korea.
Ada satu hal yang patut diketahui bahwa pada awal masuknya McDonald’s, terjadi persaingan yang ketat antara Lotteria dan McDonald’s. Keduanya mengaku sebagai satu satunya restoran yang menjual hamburger Amerika yang asli. Bahkan untuk membuktikan hal ini, Lotteria meminta semua karyawannya memakai bahasa Inggris saat berbicara dengan karyawan yang lain. Misalnya saat menerima pesanan dan memberi pesanan. Namun, seiring dengan waktu, bisnis ini terbukti tidak bisa menarik pasar.

Malahan, manajemen yang baru membuktikan bahwa mereka haruslah mengubah dirinya untuk semakin dekat dan akrab dengan para pembeli. Bahasa Inggris tidak digunakan lagi. Mulailah perang untuk menyesuikan citra pelayanan dan citra makanan dengan selera lidah orang Korea. Akhirnya muncullah apa yang disebut Bulgogi Burger dan Teriyaki Burger yang ternyata dengan cepat diterima masyarakat Korea dengan baik.
Restoran waralaba akhirnya bersaing untuk semakin mendekatkan dirinya dengan masyarakat Korea dengan cara memberikan nuansa dan citra Korea ke dalam menu mereka. Maka lahirlah Kimchi Burger.

Orang Korea memang belum merasa lengkap makan tanpa kimchi. Untuk itulah para pemilik restoran McDonald’s yang pada awalnya ada pengaruh langsung di bawah pengawasan orang Amerika, lambat laun merasa bahwa cita rasa Korea harus ada pada masakan mereka termasuk hamburgernya. Orang Korea sendiri pada masa masa awal masuknya McDonald’s jarang sekali yang merasa bahwa makan hamburger sebagai makanan yang mengeyangkan sebagai pengganti makanan utama: nasi.

Makan di McDonald’s adalah makan snack bukan makan besar. Untuk itulah banyak pengusaha hamburger yang berusaha mengubah cara pandang masyarakat Korea.
Bila dikaitkan dengan cara pandang orang Indonesia, orang Indonesia terkadang merasa tidak atau belum makan bila belum makan nasi. Untuk itulah, di seluruh restoran McDonald’s di Indonesia tersedia nasi. Bahkan lengkap dengan ayam gorengnya. Sesuatu yang tidak bisa ditemukan di Korea walaupun nasi adalah makanan pokok orang Korea pula. Hal kecil inilah yang membuat perbedaan yang unik antardua negara dalam hal penyerapan budaya global.
Saat ini restoran ini telah bisa diterima masyakarat Korea walaupun tentunya dengan melewati masa-masa pro dan kontra seperti yang dialami di Indonesia pula.

C. Pemahaman dan Cara Pandang Orang Korea terhadap Restoran McDonald’s

l Pada awalnya bagi orang Korea roti dan daging—sebagai bahan dasar pokok hamburger—adalah dua hal yang tidak cocok untuk dimakan bersamaan (sebagian orang Indonesia pun juga akan berpikir dan merasa seperti ini).

l Roti tidak pernah dimasukkan ke dalam sistem makanan yang standar (walaupun seiring dengan jaman sekarang ini banyak kaum muda dan orang menengah ke atas yang merasa roti sebagai makanan utama). Untuk itulah, beberapa orang masih menganggap bahwa makan hamburger sama dengan makan snack.

l Orang Korea memiliki budaya makan dengan lauk pauk (반찬) yang dimakan bersama sama. Untuk itulah, makan di McDonald’s di mana semua orang makan bagiannya sendiri-diri terkadang dianggap sebagai suatu sikap individualis. Melihat perkembangannya, sama dengan situasi di mana pun termasuk Indonesia atau pun Jepang mungkin, banyak orang Korea yang menaruh French fries-nya di baki dan menikmatinya bersama-sama.
l Dengan alasan di atas pulalah, masih ada sebagian kecil masyarakat Korea terutama yang berusia dan yang benar benar anti Barat yang tidak bisa menerima cara makan seperti itu. ( Di Indonesia? Atau di Jepang?)

Pada sebuah survei tahun 1994-1995 (sekarang bisa saja berubah), ditemukan suatu hasil yang menarik, yaitu rasio antara laki-laki dan perempuan yang makan di McDonald’s adalah 3:7. Alasan alasan yang mendasari kedua gender ini makan di restoran adalah:

- Laki laki:
McDonald’s lebih cocok untuk anak anak daripada untuk laki-laki dewasa. Orang Korea yang makan di sana lebih banyak karena didesak oleh anak-anak mereka.
Laki-laki tidak merasa nyaman bila harus membayar dulu sebelum makan.
Merasa kikuk bila harus membayar makanannya sendiri.
dalam hal ini perlu diketahui bahwa orang Korea selalu berebut membayar atau mentraktir teman-temannya bila makan bersama).

- Perempuan:
- Perempuan banyak yang merasa nyaman di restoran ini karena ramah pelayanannya dan aman bagi anak-anak.
- Lingkungannya bebas alcohol (perlu diingat bahwa orang Korea sangat suka minum dan hampir semua restoran Korea menyediakan minuman keras).
- Tempat ini aman bagi para perempuan bahkan untuk minum atau makan sendiri (walaupun tempat semacam ini sudah banyak disaingi dengan hadirnya kafe kafe yang menyediakan sofa-sofa dan tempat yang lebih nyaman).
- Perempuan tetap merasa nyaman untuk membayar sendiri-sendiri atau paling tidak saling membantu membayar.

Dari perbedaan di atas, tetap saja masyarakat Korea secara umum memandang McDonald’s sebagai:
1. Tempat yang nyaman untuk makan sambil berlama-lama (dibandingkan dengan restoran lain).
2. Tempat yang nyaman untuk minum saja sambil menghabiskan waktu berlama-lama,
3. Tempat yang cocok untuk mengadakan pesta ulang tahun (sama dengan trend yang merebak di Indonesia saat ini).
4. Tempat yang cepat untuk sekedar mencari tempat ber-AC yang cocok untuk beristirahat sebentar. Di sini, walaupun para pemilik restoran meminta para tamu untuk paling tidak membeli makanan atau minuman, namun tidak menutup kemungkinan untuk membiarkan orang yang sekedar numpang duduk, menunggu janjian, maupun yang menggunakan toiletnya.

(Bagaimana dengan di Indonesia dan Cina?)

Sumber: Situs-situs internet tentang penelitian keberadaan McDonald’s di Korea, bahan kuliah Contemporary Korean Society Dosen: Bak Sang Mee, dan pengamatan pribadi selama di Korea.

No comments: